Menuju Pemerintahan NU

123

membawa banyak kemudahan dan mengatasi banyak

permasalahan. Temuan manusia terhadap kecerdasan

buatan (artificial intelligence) menjadi elemen utama

yang

melipatgandakan

perkembangan

teknologi

informasi. Selain itu kepentingan politik dan ekonomi

menjadi penentu arah perubahan masyarakat, budaya,

dan peradaban. Teknologi informasi, politik, dan ekonomi

menjadi penentu terjadinya perubahan ke depan. Menurut

Gus Yahya, jika kita hendak mengantisipasi perubahan-

perubahan yang mungkin terjadi ke depan hal-hal tersebut

perlu menjadi perhatian.

Banyak yang mengasumsikan bahwa perkembangan

teknologi informasi akan linier dengan kosmopolitanisme.

Harapan terhadap semakin terbukanya manusia karena

semakin tingginya intensitas perjumpaan manusia yang

dimungkinkan oleh teknologi informasi ternyata tak

sepenuhnya terkonfirmasi dalam realitas. Kemajuan

teknologi informasi justru menampilkan wajah lain yang

tak terduga, yaitu semakin menguatnya primordialisme

sebagai bentuk sikap reaktif terhadap globalisasi. Agama

menjadi salah satu basis identitas yang menonjol diatas

dunia digital. Cara kerja kecerdasan buatan (artificial

intelligence) melalui algoritma melahirkan polarisasi

berbasis identitas baik etnis maupun agama. Dalam

kontestasi tertentu, khususnya kontestasi politik, polarisasi

tersebut bisa menjadi sangat tajam dan berujung pada

konflik kekerasan.

Dalam upaya menghadapi masa depan, NU menurut

Gus Yahya, perlu melihat kembali konstruksi organisasinya.

Apabila

ditinjau

kembali

ke

belakang,

konstruksi

keorganisasian NU memiliki keunikan tersendiri dan

keunikan tersebut mengakar dari karakteristik kultural